maka berlabuh senja berlalu memberi cerita
gembira buat si pencinta rembulan. dan kerlipan
bintang2 begitu asyik hingga lalai seketika diri
dengan khayalan. mesra bak erat itu sudah lama
gengam bersama akan ikatan itu dengan kuat. tapi
masakan yang hadir itu bisa kekal ia suci dalam
hati. jika air siramannya berhenti dari hujanan
kasih sayang. dan gersang ia akibat kering angin
kekalutan. bisa pergi berbuah kasar dengan tajam
duri2 di dahan. maka pokok itu bisa rimbun. tapi
rasa itu belum wujud. kerna apa yang dilihat itu
tidak dapat timbul dari air mata perasaan. dan
hasad yang menguasai terus angkuh ia dalam
ramai. kerna tidak sedar yang akhir diri keseorangan
tak berteman. tapi kerna cari mengerti yang ada
itu tidak wujud. hatta kerna bersama, maka takut
itu hancur. tapi demikian belum kukuh hujah
engkau berjiwa kejam. kerna kelak apa yang
dilaksana, soalan darinya akan berpanjangan.
selesai pada hujung sempadan yang tidak ketahuan
akan tamatnya. maka apakah derita itu mesti kita
pendam pada cubaan menguasai insan. kerna
seharus pelukan diri itu kuat memaling segala
yang merosak diri dari dalam. masakan, kerna
cahaya itu diraih belum sinarnya gemerlap pada
merah nyalaan hati kedukaan. oh enak terasa
andai diri kenal yang rasa itu wujud pada hikmah
yang tak mengerti aku akan maknanya. dan
kehendak melewati suatu suasana yang sendiri
cuba mengerti izzah yang ada dalam perjuangan.
masakan diraih, kerna cetek pengetahuan belum
dapat membentuk satu mahligai yang pesona
ia terbit dan nampak hingga luaran. kerna yang
dalam harus genggam erat, dan luhur ia pada
niat yang suci tertumpu pada suatu yang telah
diberita sejak dari awalnya. aku menunggu hadir
bicara yang bisa sejuk baraan hati keinsafaan. pada
sifat yang bisa dingin segala persoalan. dan agar
erat lagi petunjuk yang memayungi aku dengan
realiti kehidupan... oh agar bisa timbul terbit
suatu yang usaha sedaya aku bina?
***
Tentang diri
- Ibnu Sobri
- Kedah, Malaysia
- Ku pengembara. Terokai madah dalam diam mulut berbicara. Menyelongkar rahsia dengan lemah deriaku. Menyelami hati seorang perindu. Sunyi di kala ada, girang di waktu sepi. Pantas mataku memerhati maka hatiku menyaksi, kelibat peristiwa dan rentetannya. Maka jelajah ini pasti tak sudah, sampai pasti di depanku titik noktahnya. Dan ketika itu langkah dipersoal dan gerun hati andai tak terjawab segala persoalan....
0 comments:
Catat Ulasan