pada dapat sunyi aku dalam himpitan malam. maka
terang rembulan yang menerangi, sedikit berbuah
rasa yang hinggap aku pada leka waktu ini. tanda berada
aku pada sempadan khayalan! lemas aku cuba membebas
akan diri dari rantaiannya. dan pada ketika fokus ini
tuju aku pada coretan pensil. berdesel ia pada helaian
putih kertas yang madahnya belum tahu aku akan
apa gunanya. maka sesekali melayang fikiran entah
ke ceruk mana. sekejap di sini, kemudian pergi berlalu
pergi sahaja. kelibat diri ini kekadang membuatku
bingung sendirian. kerna mungkin jelajah ia pada
rumpun yang lalu, maka masih basah tapak kaki ini
dengan dingin embun pengalaman yang tak sudah.
maka senyum aku dalam debaran hati yang runcing
sekali perasaan. maka dimana lagi tuju aku, terlihat
tidak lagi kelibat yang pernah ku gapai impian untuk
mencapainya. mungkin, kerana lingkup ruang tidak
lagi dapat menerima. dan masa yang berlalu semestinya
berganti tidak. maka rentetan2 yang tinggal kebelakang,
menjadi saksi yang harung ini buahnya tak bisa ku kutip.
kerna ranum itu tak bisa dimengerti akan indera apa
rasanya. oh, kunci mati maka hati itu sudah jauh
tenggelam. andai kata pergi ke segenap penjuru maka
hilanglah punca dari mana ia pernah datang. ber-
selindung pada mukah yang tak semertinya bisa padam.
oh, nilaiannya itu belum pernah kucuba mengkoreksi,
maka terlihat titip itu yang aku ini sakitnya dari dalam.
oh...pergi diri pada cerun yang malap, tidak kunyatakan
yang semua ini pernah cuba untuk ku halang...
Read more
terang rembulan yang menerangi, sedikit berbuah
rasa yang hinggap aku pada leka waktu ini. tanda berada
aku pada sempadan khayalan! lemas aku cuba membebas
akan diri dari rantaiannya. dan pada ketika fokus ini
tuju aku pada coretan pensil. berdesel ia pada helaian
putih kertas yang madahnya belum tahu aku akan
apa gunanya. maka sesekali melayang fikiran entah
ke ceruk mana. sekejap di sini, kemudian pergi berlalu
pergi sahaja. kelibat diri ini kekadang membuatku
bingung sendirian. kerna mungkin jelajah ia pada
rumpun yang lalu, maka masih basah tapak kaki ini
dengan dingin embun pengalaman yang tak sudah.
maka senyum aku dalam debaran hati yang runcing
sekali perasaan. maka dimana lagi tuju aku, terlihat
tidak lagi kelibat yang pernah ku gapai impian untuk
mencapainya. mungkin, kerana lingkup ruang tidak
lagi dapat menerima. dan masa yang berlalu semestinya
berganti tidak. maka rentetan2 yang tinggal kebelakang,
menjadi saksi yang harung ini buahnya tak bisa ku kutip.
kerna ranum itu tak bisa dimengerti akan indera apa
rasanya. oh, kunci mati maka hati itu sudah jauh
tenggelam. andai kata pergi ke segenap penjuru maka
hilanglah punca dari mana ia pernah datang. ber-
selindung pada mukah yang tak semertinya bisa padam.
oh, nilaiannya itu belum pernah kucuba mengkoreksi,
maka terlihat titip itu yang aku ini sakitnya dari dalam.
oh...pergi diri pada cerun yang malap, tidak kunyatakan
yang semua ini pernah cuba untuk ku halang...