Ku pengembara. Terokai madah dalam diam mulut berbicara. Menyelongkar rahsia dengan lemah deriaku. Menyelami hati seorang perindu. Sunyi di kala ada, girang di waktu sepi. Pantas mataku memerhati maka hatiku menyaksi, kelibat peristiwa dan rentetannya. Maka jelajah ini pasti tak sudah, sampai pasti di depanku titik noktahnya. Dan ketika itu langkah dipersoal dan gerun hati andai tak terjawab segala persoalan....
ufuk sana menyaksikan keliru jiwa buat sang bayu, padanya terusik segala akal detik masa yang sama.
ya, yang dekat dikatanya hampir, benar hanya buat mereka yang mempunyai hati, dari mereka yang diberikan kelebihan tapi enggan menghayati. Malah Tuhan sahaja yang tahu benarnya pihak dari yang salah.
Tapi "yang benar itu tetaplah benar, dan yang salah akan punah akhirnya"
Buat si pembawa berita, terima kasih ucap tak terhingga. kerna dewasa insan hanya pada kefahaman, dan kebenaran yang dijunjung sampai akhirnya.
Buat si pembawa berita, maaf itu tidak perlu dilafaz selalu. cukup untuk kau buat mengerti, tanam erat dalam hati, apa itu yang dinamakan 'maaruf', dan apa pula itu 'munkar'. mengerti tidak! agar diri buat pengajaran. bahtera yang semakin rasanya berat!
# maaruf: yang diketahui manusia dan yang digemari serta disukainya # munkar: yang dibantahi, dicemuh dan dipandang jijik oleh manusia
Mainan kata sukar diramal, apatah lagi pada samar maksud perkataan. Senyum dibibir menyaksi, rai kau terlalu awal kekalahan yang berikutnya. Sedang garap hatiku, penuh damba menanti bertemu, menanti sudah gelak mati kau dalam suka.
Kerna telah bermula rasminya, kerna telah siap persediannya. Maka gertak akan selama berbunyi. Suara semarak api yang dulu. Ya, kerna kerut dahi tak bisa sembunyi, dan nada yang tak pernah selindung hasrat dalam dada, nampaknya (sangat) jelas. sedarnya tak perlu siapa mengajarnya. O itu aroma bahagia, tidak pada fatamorgana suria. Ya, tidak sesekali nampaknya...
Hai jiwa yang mengaku punya kuasa, runtuh kamu pabila tak teguh, ikatan ini hanya pada ramainya suara. Tak mungkin cita bisa melawan kukuh ikatan yang bersaudara.
Hai pemilik yang enggan mengundur, juang mu pada noktah yang lingkup. Percayalah! telah kusaksikan, akan kunantikan yang berikutnya. getar hati ini pada yang Satu. padahal kecewa dikau pada yang rosak. Selamanya! Ya, selamanya. telah kuhantar bahtera sedang kamu terlena. pada kamu yang baru cuba melangkah ke haluan berikutnya. cuma dua pilihan andaiannya. ku mengalah...tak mungkin, atau selamanya kau berduka.
O nyawa yang diberikan kefahaman, sebisa mungkin kelebihan itu bisa rapuh runtuh kerna faham tidak makna kata-kata pada sinaran ilmu yang menerangi. O tidak bisa selayak diri ingkar pada yang kuasa, maka manis yang hujung itu jugalah yang kunanti dambakan dalam jiwa. O damai hati yang hendak digapai tiada noktahnya berpenghujung, saksikan. dengarlah. pada suara yang memekik umpama tahu saja esok makannya dimana, umpama hidup tak bertuhan sedang hati tak pernah menafikan. apakah yang lebih hodoh dari pembawa panji-panji setia, katanya, ya, akur sendiri dia pembawanya. O sedih kerna terpaksa menanti masa datang tapi kembalinya belum pasti, jika ini buahnya. ya, mana tidak bazir pada membelai, buruk buah yang harap harum wangi hasilnya. ya, jikalau itu, tidak perlu ku tunggu pembawa panji datang, si tukang sapu sudah cukup juangnya membara sampai kecundang, pada helaian sutera dunia sementara. Kerna yakin kemenangan disana... Cukup pasti! tewas lagi nampaknya... engkau sendiri yang ku beri pilihan untuk memulakannya....
Permainan itu gemar ku memainkan semula, kerna kamu adalah pelakonnya. pada layarnya terdapat kota kata yang asyik bisa buat diri terleka. Oh, ku rindukan permainan itu, yang gemar ku memainkan semula, kerna kamu adalah pelakonnya. sayang simpul lakonan kehidupan, tak sama ia pada aliran ini kehendaknya. dan kerna kamulah pelakonnya, amat gemar ku bermain permainan ini semula, amat benar menanti kesudahannya....
sedih yang terpaksa dilupakan, ku kabarkan padamu seikhlas mungkin, kehilangan yang tak patut dibicarakan lagi, walau selayaknya berat benar dalam hati, kerna sedar sudah diri makna bicara, "usah ditangisi yang pergi; jangan mencari yang hilang; pabila tiba masanya semua itu berlaku jua".
maka harap diri pada yang menerima, lafaz kata yang berat mulanya, kemudian menjadi selapang rumpunan padang. mengerti benar bahwa diri tak cuba menyembunyi, apatah lagi mencari alasan, pada harapan yang mengunung tinggi, pada janji yang manisnya sukar terbayang. hanya maaf harap diterima dalam damai keluh kesah linangan kasih sayang...
Seawal jelajah, apakah pesan yang lebih istimewa, kudengari malah terlalu jarang. "Jangan lawan..." pada siapa. aku. engkau? siapa yang lebih ketahui dari Dia.
"Jangan lawan..." pada siapa. masakan diri kerdil, dapat gegar, malah ketahui tidak? malah dengan apa?
Sudah kaukecut, belum kulakukan apa-apa. malah selamanya, apakah lingkup dapat membayar harga, detik-detik berlalu yang tak dapat dibeli. Ya, andai besar daku pada yang membelai, selamanya kasih bukan padamu, selamanya bukan. kerna lawan ku bukanlah dikau, dan ketahui ku siapa yang dibesar. patut syukur dia pada yang Kuasa, dan kau yang memberi, patut dihormati selayaknya, jikalau tidak pasti berlawan jawabnya... Tidakkah kau berfikir begitu?
Gelak tawa dari kejauhan takkan bisa kedengaran, kerna jarak itu sudah pasti memisahkan.
Warna-warni hari kebesaran, sekarang baru ketahui ku, nilai yang terletak padanya, bukan pada hari itu yang diraikan, malah pujian selamanya pada yang patut, kerna Dia telah beri kita, lalu bulan yang lepas, timbunan peluang menambah pahala, padanya jua keampunan diraih, malah pada hari ini jua, laungan seruan pujian, gemanya hanya pada yang satu, pemilik yang benar-benar layak memilikinya.
Ya, apa punya insan malah tiada apa, difikirkan dalam, maka kasih itu sudah pasti buat kau menitis air mata, masakan, tidak punya apa, hatta diri itu masih dipunya, walau bebas kehendak diberi, tapi apakah yang lebih layak dari jualan yang lebih baik, ya, apakah jualan yang paling baik. Siapa meraihnya, maka selamanya akan nikmati dia, kegirangan hari ini selamanya, ya, kemenangan yang sebenar-benarnya...
Ketahui tidak rasanya pabila diri mula merasa apa erti cuti yang sebenarnya, Takkan sesekali rasanya cuti itu bergelar rehat dan lapang jiwa dari semua perkara, Dan sesekali tidak rasanya insan itu bakal harungi hari yang padanya tiada ribut, Sesekali datang sepoi angin menderu sudah cukup buat ia resah gelisah.
Ketahui tidak aku maknawi cuti yang sebenarnya, Sedar hanya detik nafas berlalu masuk keluar tanpa dilakukan suatu benda, padanya tiada manfaat hanya usia umpama lilin terbakar, semakin pendek, cair dan masa semakin tiba untuk nyalanya padam buat selamanya....
wahai detik yang dimuliakan, andai ketemu aku dikau lagi, tak terucap rasanya bicara suka, dan pasti kelu lidah tak terkata apa, padamu yang ditinggikan dalam kalam mulia.
"kerna yang depan bukan milik sendiri, dan punya tidak insan pengetahuan pasti", maka harapan ini kuharap terima ia sebagai pohonan yang ikhlas, tulus sendiri dari hati yang menyepi, dan diri yang diam untuk suatu ketika.
"kerna yang depan bukan milik sendiri, dan punya tidak insan pengetahuan pasti", harapan itu pasti ada, untuk penuhi ia dengan segala termampu, mengejar suatu yang hakiki, walau tampak pandangan masih kabur dari kejauhan.
"kerna yang depan bukan milik sendiri, dan punya tidak aku sebarang pengetahuan", keinginan untuk bertemu mu sekian kali kusemarakkan, kucita agungkan, kerna mana diterang perasaan yang telah lama pergi tiba-tiba hadir kembali, membuat diri tertanya, apa sebenarnya yang dicari, dalam gelut suara yang tak pernah dimaklumi benarnya, dalam hati yang senantiasa belenggu padanya noda-noda yang tak pernah henti. Jadi masakan... moga bertemu lagi... bersua dalam dakapan hati yang masih disinar padanya cahaya....
Tiada rahsia malah tidak ku sembunyi apa-apa, kerna diberi usia insan untuk dimanfaatkan, dan ditanya enggan menjawab, kerna pabila tiba masa, detik itu sendiri yang akan bersuara, dan kalian pasti akan menemuinya.
Kerna pendek usia, dan banyak perkara bisa diurus, terasa tidak upaya diri menyempurnakannya. Sehingga bertemu lagi...
I'm callin' U With all my goals, my very soul Ain't fallin' through I'm in need of U The trust in my faith My tears and my ways is drowning so I cannot always show it But don't doubt my love
I'm callin' U With all my time and all my fights In search for the truth Tryin'a reach U
See the worth of my sweat My house and my bed Am lost in sleep I will not be false in who I am As long as I breathe
Oh, no, no I don't need nobody & I don't feel nobody I don't call nobody but U My One & Only
I don't need nobody & I don't fear nobody I don't call nobody but U all I need in my life
I'm callin' U When all my joy And all my love is feelin' good Cuz it's due to U
See the time of my life My days and my nights so it's alright Cuz at the end of the day I still got enough for me and my
I'm callin' U When all my keys And all my bizz Runs all so smooth I'm thankin' U See the halves in my life My patience With all that I know Oh, take no more than I deserve Still need to learn more
Oh, no, no I don't need nobody & I don't fear nobody I don't call nobody but U My One & Only
I don't need nobody & I don't fear nobody I don't call nobody but U all I need in my life
Our relationship, so complex Found U while I was headed straight for hell in quest You have no one to compare to 'Cause when I lie to myself it ain't hidden from U I guess I'm thankful Word on the street is U changed me It shows in my behaviour Past present future Lay it all out Found my call in your house And let the whole world know what this love is about
Yo te quiero, te extraño, te olvido Aunque nunca me has faltado, siempre estas conmigo Por las veces que he fallado y las heridas tan profundas Mejor tarde que nunca para pedirte mil disculpas Estoy gritando callado yo te llamo, te escucho, lo intento De ti yo me alimento Cuando el aire que respiro es violento y turbulento Yo te olvido, te llamo, te siento
Oh, no, no I don't need nobody & I don't fear nobody I don't call nobody but U My One & Only
I don't need nobody & I don't fear nobody I don't call nobody but U...
oh, no, no i don't need nobody & I don't fear nobody I don't call nobody but you MY one and only
I don't need nobody & i don't fear nobody I don't call nobody but you all i need in my life