maka fikir aku jauh merenung pada sudut
pandangan yang tak bisa capai ku akan
hakikatnya, kerna miliki mereka berkat
anugerah apa yang mereka kerjakan. dan
itu suatu yang mungkin bukan kesanggupan
dan kemampuanku memerdekakan itu semua.
maka diri masih lemah dalam tatih yang
perlahan jalan maka jatuh tatkala melabuh itu
suatu yang mungkin bisa biasa sentiasa.
ohhh! mereka yang mengejar suatu yang
tak bisa dilihat indera mata, di mana kekuatan
peroleh engkau pada suatu masa yang enggan
aku melaluinya. apakah itu laluan yang membuat
segalanya berkembang. pada redup awan yang
memanyungi bukan lagi khayalan bahkan
lapang dada menangisi sebak itu aku kagumi.
cuba dalam bayangan aku apa rasa
yang meresap pada merah hati yang sayup
dingin memerhati bahwa lautan dunia itu
masin ia tak pernah menghilangkan dahaga.
masih tidak dapat mengalaminya. dan sebak diri
maka pada langkahan perjalanan tak bisa malah
mungkin pernah bertemu tapi mungkin pada
lemah upaya maka serong diri dari melihat
apatah mana hendaknya bertemu. maka bersaksi
ku kisah silam yang punya ia satu khazanah
yang mahal ia boleh buat kita peroleh dunia.
ya, dunia yang penghujungnya adalah pada
kedua hujung pandang kau pada langit yang
membiru, ya tak kelihatan. maka luasnya jadi
buah yang ranum buat si penanam dan seronok
alami tika memetiknya sudah pasti tak
bisa digambar kerna mewah perasaan itu melebihi
segala apa yang pernah di rasa. malah mungkin
kumpul semuanya yang ada di pentas ini belum
dapat hayati kita jurang bezanya. maka apakah
itu yang ditagih ...
***
Tentang diri
- Ibnu Sobri
- Kedah, Malaysia
- Ku pengembara. Terokai madah dalam diam mulut berbicara. Menyelongkar rahsia dengan lemah deriaku. Menyelami hati seorang perindu. Sunyi di kala ada, girang di waktu sepi. Pantas mataku memerhati maka hatiku menyaksi, kelibat peristiwa dan rentetannya. Maka jelajah ini pasti tak sudah, sampai pasti di depanku titik noktahnya. Dan ketika itu langkah dipersoal dan gerun hati andai tak terjawab segala persoalan....
0 comments:
Catat Ulasan